Monday, November 04, 2013
0
Oleh: Adib Belaria Abadi
https://www.facebook.com/adib.b.abadi
yang dingin mencumbu kulit dalam sarung ngeper
basah dan kering
semua mengecil mengkerut peot
kecuali bagi perut
yang lapar
dingin
kecuali Rukoyah yang anak bontotnya meriang
ia musti menggendong si Jalu namanya sambil tidur berjalan
sebelah tangannya mengepuk-ngepuk mimpi dengan badan bergoyang
memutar empat puluh lima derajat
langkah maju mundur
mirip tetari poco si pantat tepos
jarik terselempang kayak mau perang
menjegal dingin dan
hujan sempal

Bapak si Jalu ngorok
bapak-nya mendem tuak!
Rukoyah tidak marah-ikhlas
Uang hasil kerjanya dibuang Karto suaminya
beli tuak seliter dan rokok sebungkus
yang penting ada nasi tuhu tempe bosok
dan malam itu
sambal terasi tersisa tak ditutup tak rapat di meja makan
dikeroyok satu dua tikus
yang rakus
malam

Dingin Hujan dan Malam
tak terhirau, apalagi cuma setan!
lihatlah para peronda kere
dengan sarung terselempang dileher
dengan rokok kretek yang dihisap
yang asapnya membuat pedih mata
tapi tak terasa benar
Kardi merem melek menikmati
asap masuk mata sambil lihat budaran balak enam

apalagi cuma dingin dan malam?
syahdu rintik hujanpun tergilas oleh
hentakan kartu gaple yang dibanting-banting
di pos ronda
"aku menang! ha ha ha"
"Asu! kalah sewu."

dingin apa?
hujan siapa?
malam yang bagaimana?
hanya penyair yang sok tahu saja yang bisa menjelaskanya
tapi
Setidaknya
Dingin Hujan dan Malam ini
terjerat jala
kuli hurup
menariknya
jadi puisi-esai katanya-kata-KU!
di Pos ronda.

0 komentar:

Post a Comment

Udah baca artikel nya? Gimana pendapat kalian? Ayo comment selama masih gratis haha. Jangan jadi silent reader bro :)